Kelas Parenting: Sosialisasi Pendidikan Keluarga “Pengasuhan Positif”
Martapura – Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Munculnya konsep pendidikan keluarga ini merupakan respons atas arus globalisasi. Dalam hal ini terutama atas derasnya arus informasi yang menembus batas ruang dan waktu. Konsep pendidikan keluarga di Indonesia baru diterapkan pada 2015 lalu dengan dibentuknya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Agar konsep pendidikan keluarga ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibangun sinergisitas trisentra pendidikan, yakni di sekolah, keluarga dan masyarakat sebagai suatu ekosistem pendidikan.
Untuk mendukung program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut, SMK Negeri 1 Martapura melaksanakan Kelas Parenting berupa Sosialisasi Pendidikan Keluarga dengan mengambil tema “Pengasuhan Positif” bertempat di halaman sekolah, Sabtu (02/10/2016). Sosialisasi ini dihadiri oleh kepala SMK Negeri 1 Martapura Ibu Dwi Ayati, M.Pd, Wakasek Humas Ibu Ida Jumiati, S.Pd, serta dihadiri oleh orang tua dan wali siswa. Narasumber dalam acara ini adalah pakar pendidikan keluarga yakni Bapak Ir. Heri Kurnada S, LNLP, CHt dan Bapak Mahdiansyah, P.Si.
Dalam sambutannya, Ibu Dwi Ayati, M.Pd menyampaikan bahwa tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain. Menurut beliau, keluarga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi. Dengan demikian, jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua. Di akhir sambutan, beliau berharap melalui pendidikan keluarga, orang tua, guru dan masyarakat dapat mewujudkan ekosistem yang saling berinteraksi. Kemudian ekosistem yang bisa saling berkomunikasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman juga. Dengan demikian persamaan persepsi antara guru, orang tua, dan masyarakat dalam hal mendidik anak bisa terbentuk baik. (Bustanil)