Peringati Hari Guru Nasional, Guru Jadi Petugas Upacara
Martapura – Martapura – Dalam rangka memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT PGRI yang Ke-72, SMK Negeri 1 Martapura menyelenggarakan upacara bertempat di lapangan upacara sekolah pada Senin (27/11/2017). Upacara berlangsung khidmat dengan dihadiri oleh kepala sekolah, dewan guru, staf tata usaha, serta seluruh siswa SMK Negeri 1 Martapura. Pada tahun ini, tema yang diangkat pada HGN yang jatuh pada tanggal 25 November 2017 adalah “Membangkitkan Kesadaran Kolektif Guru dalam Meningkatkan Disiplin dan Etos Kerja untuk Penguatan Pendidikan Karakter”.
Berbeda dengan upacara pada umumnya, upacara HGN kali ini berlangsung dengan unik dimana seluruh petugas upacaranya adalah dewan guru SMK Negeri 1 Martapura. Bertindak sebagai pembina upacara adalah Kepala SMK Negeri 1 Martapura, Ibu Dwi Ayati, M.Pd, sedangkan yang bertindak sebagai pemimpin upacara yakni Ibu Marny Rustina, M.Pd. Petugas yang membawa teks Pancasila adalah Ibu Anisa Nahdia, S.Pd dan ajudan pembina Bapak Ahmad Zulpiannor, S.Kom. Pembawa acara dalam upacara kali ini adalah Ibu Sri Hanisa, S.Pd dan petugas yang membacakan teks UUD RI Tahun 1945 adalah Ibu Siti Ma’ani, S.Pd.
Upacara HGN dimulai dengan pengibaran bendera merah putih oleh Ibu Laily Hayati, S.Pd, Ibu Aufa Maulida, dan Ibu Nina Phariani, S.Pd dengan diiringi lagu Indonesai Raya dipandu oleh Rio Ramadhan, S.Pd. Selanjutnya, dalam sambutan pembina upacara, Ibu Dwi Ayati, M.Pd menyampaikan bahwa pada peringatan HGN kali ini beliau merasa sangat terharu dengan mengingat jasa-jasa para guru terutama guru yang telah mengajar dan membimbing beliau, sehingga beliau menjadi seorang guru. “Ibu berharap semoga para siswa juga jangan lupa mengenang jasa guru-guru yang telah mengajarkan, mendidik dan membimbing kalian, dari yang tidak tahu apa-apa sampai kalian duduk di tingkat SMK seperti sekarang ini”, ujar beliau.
Ibu Dwi Ayati, M.Pd juga menyampaikan akan pentingnya menghargai keberadaan guru. “Guru adalah pelita atau penerang hati kita”, ucap beliau. “Negara-negara maju itu sangat menghargai guru, bahkan negara Jepang pada saat setelah di bomnya Kota Hiroshima dan Nagasaki, yang pertama kali ditanyakan oleh Kaisar Jepang pertama kali adalah masih tersisa berapa guru kita, artinya betapa besar peran guru di sebuah negara”, lanjut beliau. Karena guru adalah ujung tombak membentuk karakter bangsa. Kita bayangkan tanpa guru apa jadinya kita. Untuk itu marilah kita beradab yang baik terhadap guru-guru kita, jangan pernah bertanya siapa guru kita tetapi yang perlu ditanamkan dihati kalian adalah bahwa mereka adalah guru saya, siapapun mereka dan dimanapun keberadaan mereka. Di sela-sela amanatnya, Ibu Dwi Ayati juga membacakan Pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam memperingati HGN. Upacara ditutup dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Zaky Fuadi, S.Pd.I. (Bustanil)